Mengagumi Sang Macan Tidur; Gunung Galunggung

Keindahan Danau Kawah Gunung Galunggung ©2009 arie saksono
…Tusschen
een en twee ure, des namiddags, trok een zware slag de aandacht der
bewoners naar den kant der vallei. Van de voet van den Galoenggoeng, op
de plaats waar zich de kom van de Tjikoenir bevindt, zagen zij met
vervaarlijke snelheid een ontzaggelijken kolom van rook en damp
opstijgen, die met ene geweldige kracht opwaart gedreven werd. Deze
reusachtige zuil bedekte weldra den geheelen berg, en verspreidde eene
volslagen duisternis over de geheele omstrek…
…Sekitar pukul satu atau dua siang, bunyi gemuruh dahsyat menarik perhatian penduduk ke arah sisi lembah. Dari kaki Gunung Galunggung,
di tempat kolam hulu sungai Cikunir berada, mereka melihat dengan
kecepatan luar biasa kolom asap dan uap naik ke atas, dengan kekuatan
dahsyat membumbung tinggi ke udara. Kolom raksasa ini segera menutupi
hampir keseluruhan gunung, dan menebarkan kegelapan ke seluruh wilayah…
(Johannes Olivier Jz, Tafereelen en merkwaardigheden uit Oost-Indie, Amsterdam: G.J.A Beijerinck,1836: hlm 271)
Demikianlah kutipan rekaman dahsyatnya letusan Gunung Galunggung yang terjadi pada tanggal 8 oktober 1822 sebagaimana yang ditulis oleh Johannes Olivier Jz dalam buku “Tafereelen en merkwaardigheden uit Oost-Indie” terbitan tahun 1836. Dalam bukunya, Olivier menuliskan secara gamblang urutan kejadian letusan Gunung Galunggung saat itu yang menelan korban ribuan jiwa.

Kawah Gunung Galunggung sedang terlelap ©2009 arie saksono
Gambaran kengerian akibat letusan Galunggung
tersebut kini sirna sudah, digantikan indahnya pemandangan hamparan
daratan hijau subur membentang seluas mata memandang yang dapat dijumpai
dari puncak bibir kawah Gunung Galunggung.
Setelah letusan besar yang terjadi, terbentuklah danau kawah yang luas
dengan anak gunung yang menyerupai pulau kecil di tengah danau. Galunggung yang tengah tidur sekarang aman dikunjungi orang-orang yang ingin mengagumi pesona sisa kedahsyatan letusan Gunung Galunggung di masa silam.
Gunung Galunggung
dengan ketinggian 2.168 meter di atas permukaan laut merupakan salah
satu gunung berapi tipe strato di Pulau Jawa yang masih aktif. Di dalam
pembagian fisiografi Jawa Barat, termasuk di dalam zona gunung api
kwarter yang terbentuk di bagian tengah daerah Jawa Barat. Menurut Volcanological Survey of Indonesia (VSI), kawasan Gunung Galunggung meliputi areal seluas ± 275 km2 dengan diameter sekitar 27 km (barat laut-tenggara) dan 13 km (timur laut-barat daya). Sebelah barat Gunung Galunggung
berbatasan dengan Gunung Karasak, sebelah utara dengan Gunung
Talagabodas, sebelah timur dengan Gunung Sawal dan di sebelah selatan
berbatasan dengan batuan tersier Pegunungan Selatan. Gunung Galunggung dibagi dalam tiga satuan morfologi, yaitu: Kerucut Gunung Api, Kaldera, dan Perbukitan Sepuluh Ribu. Karakter letusan Gunung Galunggung umumnya berupa erupsi leleran lava sampai dengan letusan yang sangat dahsyat yang berlangsung secara singkat atau lama.

Sumber: Franz Wilhelm Junghuhn, Java; Deszelfs Gedaante, Bekleeding en Inwendige Structuur, Amsterdam: P.N. van Kampen, 1853
Galunggung, Salah Satu Pusat Spiritual Sunda
Catatan sejarah wilayah Galunggung dimulai pada abad ke XII. Di kawasan ini terdapat suatu Rajyamandala (kerajaan bawahan) Galunggung yang berpusat di Rumantak, yang sekarang masuk dalam wilayah Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Tasikmalaya. Galunggung
merupakan salah satu pusat spiritual kerajaan Sunda pra Pajajaran,
dengan tokoh pimpinannya Batari Hyang pada abad ke-XII. Saat pengaruh
Islam menguat, pusat tersebut pindah ke daerah Pamijahan dengan Syeikh
Abdul Muhyi (abad ke XVII) sebagai tokoh ulama panutan. Sumber prasasti Geger Hanjuang
yang ditemukan di sana menyebutkan bahwa pada tahun 1033 Saka atau 1111
Masehi, Batari Hyang membuat susuk/ parit pertahanan. Peristiwa nyusuk atau pembuatan parit ini berarti menandai adanya penobatan kekuasaan baru di sana (di wilayah Galunggung). Sementara naskah Sunda kuno lain adalah Amanat Galunggung
yang merupakan kumpulan naskah yang ditemukan di kabuyutan Ciburuy,
Garut Selatan berisi petuah–petuah yang disampaikan oleh Rakyan
Darmasiksa, penguasa Galunggung pada masa itu kepada anaknya.
Sementara
Prabu Jaya Pakuan alias Bujangga Manik, seorang resi Hindu dari
Kerajaan Sunda, Pakuan Pajajaran yang telah melakukan dua kali
perjalanan dari Pakuan Pajajaran ke Jawa sempat menuliskan Galunggung dalam catatan perjalanannya. Namun demikian tak banyak informasi mengenai Galunggung yang didapat dari naskah ini.
Sadatang ka Saung Galah, sadiri aing ti inya, Saung Galah kaleu(m)pangan, kapungkur Gunung Galunggung, katukang na Panggarangan,ngalalar na Pada Beunghar, katukang na Pamipiran.
(Sesampai di Saung Galah berangkatlah aku dari sana ditelusuri Saung Galah, Gunung Galunggung di belakang saya, melewati Panggarangan, melalui Pada Beunghar, Pamipiran ada di belakangku.)
Latusan Dahsyat Galunggung
Menurut catatan sejarah Gunung Galunggung
telah meletus sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1822, 1894, 1918
dan dalam kurun waktu tahun 1982-1983. Johannes Olivier Jz dalam bukunya
menyebutkankan bahwa sebelum tahun 1822, tidak ditemukan data tertulis
ataupun sumber lisan tentang letusan Gunung Galunggung
di masa lampau, baik yang berasal dari sumber asing maupun sumber lokal
masyarakat setempat. Naskah-naskah Sunda kuno pun tidak ada yang secara
explisit menceritakan mengenai letusan Galunggung di masa silam.
Letusan pertama Gunung Galunggung
terjadi pada tanggal 8 Oktober 1822 antara jam 13.00 hingga 16.00 WIB,
dan disertai beberapa aktivitas vulkanik dan letusan yang tercatat
berlangsung hingga tanggal 12 Oktober 1822. Menurut buku Johannes
Olivier Jz, “Tafereelen en merkwaardigheden uit Oost-Indie”
terbit tahun 1836, sebelum letusan terjadi, sekitar bulan Juli 1822,
warga yang berada di sekitar aliran sungai Cikunir, yang berhulu pada
Gunung Galunggung,
merasakan keanehan yang terjadi pada air sungai. Air Sungai berubah
menjadi keruh, tercium bau belerang dan air terasa sedikit pahit. Selain
itu warga yang menyeberangi sungai menemukan bekas buih putih pada kaki
mereka. Tak lama kemudian kepala Distrik Singaparna segera melakukan
penyelidikan. Utusan kepala distrik memeriksa dan mengikuti aliran
sungai menuju hulu pada kolam air terjun Bamboelan, di sana
mereka menemukan air di kolam tersebut sangat keruh dan hangat. Beberapa
waktu kemudian air sungai menjadi kembali jernih namun bau belerang
masih tetap ada. Berselang tiga bulan kemudian pada 8 oktober 1822 tanpa
ada tanda-tanda di langit, meletuslah sang Galunggung dengan
dahsyatnya. Bumi bergetar. Langit bergemuruh. Tanpa peringatan apa-apa Galunggung langsung memuntahkan abu, pasir dan material vulkanik lainnya membumbung tinggi ke angkasa.
Letusan Galunggung
pada tahun 1822 ini tercatat sebagai salah satu letusan gunung api yang
paling mematikan di dunia karena memakan banyak korban jiwa. Olivier
menjabarkan, Di Distrikt Radjapolla (Rajapolah) terdapat 9 kampung yang musnah akibat lumpur panas namun hanya 9 orang tewas, sementara Distrikt Indihiang merupakan kawasan terparah, sekitar 45 kampung tertimbun lumpur, 1100 orang tewas. Di Tassik-malayoe (Tasikmalaya) 14 kampung musnah, 900 orang tewas, sementara di distrikt Singaparna 35 kampung musnah dan 1500 orang menjadi korban. Sementara dalam buku Franz Wilhelm Junghuhn (“Java; Deszelfs Gedaante, Bekleeding en Inwendige Structuur”,
Amsterdam, 1853, hlm 143) menyebutkan setelah penelitian resmi yang
dilakukan pemerintah (Hindia Belanda) tahun ditetapkan jumlah korban
sebanyak 4011 jiwa dan 114 desa musnah. Resident der Pranger Regentschap pada masa itu, Baron R. Van Der Capellen, segera turun tangan setelah mendengar kabar meletusnya Galunggung. Bersama seorang dokter yang bernama Bruininga menolong para pengungsi dan korban letusan Galunggung.
Karena besarnya letusan maka Olivier menyebutnya sebagai “Letusan
gunung terbesar yang akan terus ada dalam ingatan orang-orang di Pulau
Jawa”
Catatan
terakhir letusan Gunung Galunggung terjadi pada tanggal 5 April 1982.
Letusan disertai dengan suara dentuman dan gemuruh, pijaran api, dan
kilatan petir halilintar. Kegiatan letusan terakhir ini berlangsung
selama 9 bulan dan berakhir pada 8 Januari 1983. Letusan terakhirnya
bertipe vulcanian vertical (seperti letusan cendawan bom atom),
yang semburannya mencapai 20 kilometer ke angkasa. Letusan tersebut
juga diikuti dengan semburan piroclastic (debu halus) yang
menghujani Tasikmalaya, Garut, Cianjur, Bandung, dan kota-kota lain yang
berada dalam radius sekitar 100 kilometer dari Gunung Galunggung,
termasuk juga hingga ke Jakarta.
Letusan Galunggung
yang hebat, sanggup melontarkan debu vulkaniknya hingga membumbung
tinggi ke angkasa. Pada 24 Juni 1982 sekitar pukul 20:40, sebuah pesawat
boeing 747-236B dengan kode penerbangan G-BDXH milik maskapai penerbangan British Airways Flight
9 dengan 263 penumpang mengalami kerusakan pada ke-empat mesinnya saat
melintas di atas samudera hindia sekitar sebelah selatan Pulau Jawa.
Pesawat berangkat dari Bandara Heatrow London menuju Auckland Selandia
Baru, dengan rute transit Bombay, Madras, Kuala Lumpur, Perth, Melbourne
dan Auckland.
Pesawat
bertolak dari bandara Sultan Abdul Aziz Shah, Kuala Lumpur, menuju
Perth Australia, terbang melintasi Samudera Hindia dengan ketinggian
sekitar 37000 kaki (sekitar 11 km) tanpa disadari pesawat terbang masuk
ke dalam awan debu vulkanik yang dilontarkan oleh letusan Gunung Galunggung.
Debu vulkanik tersebut menyebabkan keempat mesin pesawat mati hingga
akhirnya pesawat mengalihkan rutenya menuju Jakarta, namun dapat
mendarat darurat dengan aman.
Kedahsyatan letusan Galunggung di masa lalu telah banyak memakan korban harta dan jiwa. Namun demikian selang beberapa waktu setelah letusan, Galunggung memberikan kehidupan kembali bagi tumbuhan dan orang-orang yang tinggal di sekitarnya. Letusan Galunggung
memuntahkan jutaan meter kubik lumpur dan pasir vulkanik ke kawasan
Tasikmalaya dan sekitarnya, menjadikan kawasan ini subur. Muntahan lahar
dingin mengalir mengikuti alur sungai. Aliran sungai dan saluran
irigasi yang tertutup lumpur. Sehingga dibangun sebuah check dam
(kantong lahar dingin) di daerah Sinagar sebagai tanggul pengaman
limpahan banjir lahar dingin ke kawasan Kota Tasikmalaya. Tumpahan
material lahar dingin berupa pasir vulkanik dimanfaatkan menjadi tambang
pasir selain untuk meminimalkan bahaya banjir lahar dingin. Pasir Galunggung
memiliki kualitas yang baik untuk digunakan sebagai bahan material
bangunan maupun konstruksi jalan raya. Seiring dengan perkembangan usaha
tambang pasir Galunggung, dahulu sempat dibangun jalur khusus jaringan rel Kereta Api menuju ke Stasiun Pirusa sukaratu check dam sinagar sebagai untuk mengangkut pasir dari Gunung Galungung ke Jakarta. Jalur ini ditutup pada tahun 1995.
Menuju Gunung Galunggung
Cerita-cerita
kedahsyatan letusan Gunung Galunggung mengundang rasa penasaran orang
untuk berkunjung ke sana. Saat ini Galunggung tengah tertidur sehingga aman untuk dikunjungi (sumber: Volcanological Survey of Indonesia, ESDM).
Gunung
Galunggung relatif mudah dicapai dari Jakarta. Secara geografis, Gunung
Galunggung berada di Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten
Tasikmalaya, Sekitar17 kilometer dari pusat Kota Tasikmalaya.
Untuk
menuju ke sana terdapat dua alternatif kota sebagai awal perjalanan
menuju ke sana yaitu melalui kota Tasikmalaya atau Singaparna yang
nantinya juga akan bertemu di jalan utama menuju Galunggung yang
merupakan jalur lalu lintas truk-truk pengangkut pasir.
Sejak
dibukanya jalan tol Cipularang, perjalanan dari Jakarta ke Tasikmalaya
dapat dicapai dalam waktu sekitar 5 jam saja, dahulu perjalanan dari
Jakarta menuju Tasikmalaya via Puncak memakan waktu sekitar 7 hingga 8
jam. Transportasi umum dari Jakarta menuju Tasikmalaya tersedia setiap
saat. Namun disarankan untuk berangkat pagi-pagi, sehingga dapat tiba di
Tasikmalaya menjelang siang hari dan langsung melanjutkan perjalanan
menuju Galunggung.

Klik pada gambar untuk memperbesar (sumber: Google)
Pengunjung
yang menggunakan kendaraan pribadi dapat langsung menuju hingga ke
areal parkir kawasan Gunung Galunggung, terdapat tiga alternatif:
Dari
arah Jakarta atau Bandung setelah melewati Ciawi, Cisayong, sebelum
masuk kota Tasikmalaya, di kecamatan Indihiang sebelum terminal bis
Indihiang, ada jalan di sebelah kanan menuju Cipanas-Galunggung jaraknya
sekitar + 12 km. Dari pusat kota Tasikmalaya langsung ke arah Barat lewat Jl. Bantar-Tawangbanteng, jaraknya sekitar + 17 km sementara jika dari arah Bandung lewat Garut-Singaparna setelah simpang tiga dekat jembatan Cikunir belok ke arah kiri +
14 km. Pengunjung dengan kendaraan besar, bis sedang atau besar
disarankan untuk mengambil rute Bantar-Tawangbanteng yang sering dilalui
truk-truk pengangkut pasir, karena bila melalui Indihiang terdapat
jembatan kecil dan sempit yang hanya dapat dilalui satu kendaraan.
Bagi
pengunjung dengan kendaraan umum dari arah Jakarta dan Bandung
sebaiknya turun di Terminal Bus Tasikmalaya, karena tidak banyak
angkutan umum yang lewat di jalur tersebut di atas. Kemudian, perjalanan
dilanjutkan naik angkutan kota jurusan Terminal-Galunggung-Singaparna
dengan ongkos sekitar Rp. 9.000 per orang. Turun di pintu masuk kawasan
Cipanas Galunggung. Kemudian jalan kaki atau naik ojek hingga pelataran
parkir di kaki anak tangga menuju kawah.
Alternatif
lainnya dapat turun di perempatan Indihiang-Ciponyo (bilang saja ke
kondektur mau ke Galunggung), lalu melanjutkan perjalanan dengan
menggunakan ojek dengan tarif Rp. 20.000 hingga pintu gerbang objek
wisata Galunggung dan ditambah lagi Rp. 15.000 untuk sampai anak tangga
menuju kawah.
Wisata Gunung Galunggung dan sekitarnya
Di
kawasan Gunung Galunggung terdapat dua tempat objek wisata , yaitu
Danau Kawah dan Pemandian air panas Cipanas. Dari pintu gerbang utama,
pengunjung yang ingin ke danau kawah mengambil jalan ke arah kiri.
Sedangkan pengunjung yang akan ke Pemandian Cipanas mengambil jalan ke
arah kanan.

Tangga menuju Kawah Galunggung©2009 arie saksono
Untuk
menikmati pemandangan kawah Gunung Galunggung pengunjung harus mendaki
menapaki anak tangga yang berjumlah 620 anak tangga.Dari sana pengunjung
dapat mencapai dasar kawah dengan menuruni jalan setapak sekitar 100
meter. Di dasar kawahnya, pengunjung dapat menikmati hamparan luas danau
beserta alamnya yang eksotik, memancing aneka jenis ikan air tawar
Danau Kawah. Namun demikian Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi (PVMBG) atau Volcanological Survey of Indonesia (VSI) tidak merekomendasikan
pengunjung untuk mandi, berenang ataupun bersampan di danau kawah.
Selain itu juga terdapat sungai dari resapan Danau Kawah, gua,
terowongan air menuju Sungai Cibanjaran dan Cikunir, serta masjid kecil
yang terletak di sisi seberang kawah. Pada malam hari dari bibir
kawahnya, saat cuaca cerah pengunjung dapat melihat keindahan gemerlap
lampu-lampu Kota Tasikmalaya dan sekitarnya.

Klik pada gambar untuk memperbesar (sumber: Google)
Bila
anda lelah sehabis menaiki tangga Galunggung, sekitar 3 kilometer dari
kawah, menuju ke bawah, tidak begitu jauh dari pintu gerbang terdapat
lokasi pemandian air panas Cipanas dan dapat dicapai dengan berjalan
kaki. Di kawasan ini terdapat kolam renang, kamar mandi, dan bak rendam
air panas. Selain itu, bila masih ada waktu, pengunjung juga dapat
berjalan kaki menuju air terjun yang terletak tak jauh dari situ.
Selain
Danau Kawah dan Pemandian Cipanas, di kawasan tersebut juga terdapat
wanawisata (wisata hutan) yang memiliki areal sekitar 120 hektar yang
dikelola pihak Perhutani. Kawasan ini berhawa sejuk, udaranya segar, dan
teduh, sehingga cocok sekali dijadikan tempat untuk bersantai bersama
keluarga atau berkemah.
Selain
objek wisata Danau Kawah Galunggung dan pemandian air panas, bila masih
ada waktu, maka tidak ada salahnya daam perjalanan pulang, singgah ke
objek wisata Situ Gede atau Situ Ageng sebutan masyarakat setempat. Situ
Gede adalah sebuah danau dengan luas sekitar 47 hektare. Danau ini
terletak sekitar 5 kilometer dari Kota Tasikmalaya. Ditengah-tengah
danau terdapat sebuah pulau seluas kurang lebih 1 hektar. Di pulau
tersebut terdapat makam keramat Eyang Prabudilaya seorang tokoh legenda
masyarakat Tasikmalaya. Di Situ Gede masyarakat dapat menikmati danau
yang indah dan tenang dengan latar belakang Gunung Galunggung di
kejauhan. Selain itu pengunjung dapat bersantai mengelilingi danau
dengan rakit yang banyak disewakan disana.
Insert >>
Galunggung dan Asal Mula Nama Kota Tasikmalaya
Menurut
beberapa sumber nama Tasikmalaya tak dapat dipisahkan dengan Gunung
Galunggung. Tasikmalaya berasal dari dua kata, tasik dan malaya, mengacu
pada kata keusik ngalayah dalam Bahasa Sunda. Keusik berarti pasir dan ngalayah
berarti tumpah ruah. Sehingga kemungkinan besar penamaan Tasikmalaya
berkaitan dengan letusan Gunung Galunggung di masa silam yang
menumpahruahkan pasir ke kawasan ini. Pada saat letusan Galunggung tahun
1822 nama Tassik-malaijo atau Tassik-malaya sudah
muncul dalam beberapa sumber buku. Jadi kemungkinan besar sebelumnya
Galunggung sudah pernah meletus dengan hebat sehingga muncul nama
Tasikmalaya.
Catatan Letusan Galunggung
Letusan
pertama terjadi pada tanggal 8 Oktober 1822 diikuti letusan susulan
tanggal 12 oktober 1822. Korban jiwa 4011 orang, 114 desa musnah.
Letusan
kedua terjadi tahun 1894, selama 13 hari, tanggal 7-19 Oktober 1894.
tanggal 27 dan 30 Oktober 1894, terjadi lahar yang mengalir pada alur
sungai yang sama dengan lahar yang dihasilkan pada letusan 1822, 50 desa
hancur.
Letusan ketiga tahun1918 terjadi selama 4 hari, tanggal 16 – 19 Juli 1918.
Letusan
yang terakhir terjadi pada antara tahun 1982-83, terjadi selama 9
bulan, dari tanggal 5 April 1982 – 8 Januari 1983 dengan variasi periode
letusan yang berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa bulan.
Korban jiwa18 orang, 22 desa ditinggal tanpa penghuni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar